2/26/13

Pengantar Teori


PENGANTAR TEORI DAN MODEL PEMBELAJARAN

A. Tujuan
        Setelah  membaca dan mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa diharapkan dapat
memahami memerapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas yang mampu membuat siswa aktif, kreatif, dan menyenangkan;
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran tertentu;
mampu mempraktikkan model pembelajaran inovatif .

B. Materi
                Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model pembelajaran baik secara teoretis maupun dari segi praktis.
                Adanya pembelajaran yang bervariasi diharapkan dapat membangkitkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar, supaya kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum dapat dicapai oleh siswa. Berikut akan diuraikan beberapa pendekatan dan model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran.

PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN

                Menurut Sanjaya (2006:127), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Secara umum, pendekatan dapat dipahami sebagai cara pandang terhadap objek yang akan mewarnai seluruh jalannya proses pembelajaran.  Kata “model” dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti pola, contoh, atau acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Kata pembelajaran berarti proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi, model pembelajaran adalah pola atau acuan yang digunakan untuk melaksanakan proses belajar.  Secara harfiah, strategi adalah suatu garis-garis besar yang menjadi acuan untuk bertindak dalam upaya mancapai sasaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran adalah kebijakan yang dipilih oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut J. R. David (dalam Sanjaya, 2006:126), strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.   Metode adalah perancangan lingkungan belajar di mana siswa dan guru terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Jika strategi pembelajaran merujuk pada perencanaan dalam mencapai tujuan, maka metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi.
                Seorang guru yang telah memilih suatu strategi tertentu dalam perencanaan pembelajarannya, selanjutnya perlu menetapkan metode yang akan digunakan untuk melaksanakan strategi tersebut. Metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain metode ceramah, metode demonstrasi, metode penemuan, metode diskusi, dan metode simulasi.
A. Konsep Pembelajaran Tematik

Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991) menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared, webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa Discipline based Parallel Discipline Cross- disciplinary Multi- disciplinary Inter- Disciplinary Integrated Day Complete Program yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.

B. Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik
Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya, apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dari definisi akan hakekat belajar di atas dapat diketahui bahwa landasan pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada  bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat ”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003)

C. Perencanaan Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991 : 54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk (1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa. Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema. 




1 komentar:

tes 123 321,, dicobaaa